Friday, February 22, 2008

Bagaimana Cara Menikmati Milis

Sangat sederhana. Sama halnya dengan makanan, jika tidak suka sayur lodeh,
ya tidak usah makan sayur lodeh! Anda memposting pemikiran-pemikiran anda
di situ. Barangkali akan ada tanggapan yang tidak anda sukai. Seperti
halnya sayur lodeh yang tidak anda sukai, anda tidak perlu ambil pusing
dengan tanggapan-tanggapan itu. Boleh dibaca sekilas, namun segera buang
dari pikiran anda.

--
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by MailScanner, and is
believed to be clean.

Thursday, February 21, 2008

Tiga Monyet Bijaksana

Monday, February 18, 2008

Mengucapkan Selamat Tinggal Pada Perdebatan

Untuk kesekian kali, saya mengucapkan selamat tinggal
pada perdebatan di Internet. Proses "pengucapan selamat tinggal"
itu sebenarnya sudah berjalan cukup lama, ditandai dengan
posting-posting yang hanya berupa komentar-satu-kali
tanpa follow up terhadap apapun tanggapan dari orang
yang berusaha menyeret saya ke dalam perdebatan.

Proses itu tentu masih belum selesai, sebab saya toh
masih juga terlibat dalam macam-macam aktivitas kritik-mengkritik
dan kecam-mengecam yang sedang berlangsung.

Seluruh intisari kecaman-kecaman saya itu bernuansakan satu tema,
yaitu bahwa kita semua sebenarnya tidak tahu banyak, kalau tidak mau
dikatakan tidak tahu apa-apa. Untuk apa saling mengecam, dan menempatkan
diri sebagai orang yang serba tahu banyak?

Demikianlah bagian terakhir dari posting-posting saya itu, yang secara resmi
saya akhiri hari ini.

Untuk selanjutnya, saya akan kembali ke tugas semula yaitu masuk ke dalam
penghayatan konkret spiritualitas sehari-hari, dan melaporkannya ke
dalam tulisan
yang saya "publikasi" di internet, tidak untuk diperdebatkan, tetapi
semata-mata
untuk sharing belaka.

Tentu saya akan membuka pintu selebar-lebarnya bagi dialog yang santun, kreatif,
dan menarik. Namun saya jelas tidak akan lagi menanggapi tulisan-tulisan
yang cuma debat kusir, apalagi kecaman-kecaman tanpa juntrungan.

Spiritualitas atau Agama?

"Spiritualitas" atau "agama" hanyalah istilah-istilah yang bisa
ditukar-tukar, tergantung bagaimana kita mendefinisikannya. Untuk
keperluan diskusi kali ini, saya mendefinisikan "spiritualitas" sebagai
persekutuan manusia dengan Tuhan, sedangkan "agama" sebagai sekumpulan
aturan, manual, atau petunjuk baku (biasanya dalam bentuk tertulis).

Saya sebenarnya tidak bermaksud memperlawankan "agama" vs
"spiritualitas", namun saya ingin mengajukan pertanyaan: Bagaimanakah
sebenarnya hubungan antara manusia dengan Tuhan?

Sulit bagi saya menghindari kesan bahwa "agama" hanya bicara tentang
bagaimana cara mengatur perilaku manusia, sehingga bisa "berkenan" di
hadapan Tuhan. Berlawanan dengan spiritualitas yang -menurut saya-
pertama-tama berbicara tentang bagaimana Tuhan masuk dan berkarya secara
konkret di dalam hidup manusia dan bagaimana manusia menanggapinya,
sehingga tercipta relasi antara manusia dan Tuhannya.

Di dalam "agama", Tuhan mengirimkan manual sekian abad lalu, untuk
kemudian duduk menunggu dan mengamati, siapakah di antara manusia yang
lolos babak penyisihan. Sedangkan di dalam "spiritualitas", Tuhan turun
ke dunia dan mengetok pintu rumah anda pada suatu hari di bulan februari
2008.

Di dalam "agama", manusia dinilai dari kemampuannya menjaga kemurnian
manual baku-mati yang diturunkan berabad-abad yang lampau. Di dalam
"spiritualitas", manusia membuka pintu terhadap ketokan Tuhan.

Agama statis. Spiritualitas dinamis.
Di dalam agama, semua perubahan adalah oblog-oblog. Di dalam
spiritualitas, perubahan adalah bagian dari karya Tuhan sendiri.

Agama dan Logika Dongok

Orang yang Pinter pasti memeluk agama yang Benar.
Orang yang memeluk agama yang Benar, belum tentu Pinter.
Tapi orang yang memeluk agama yang Sesat, sudah pasti .. Dongok.
Begitulah logika para MahaGuru Yang Maha Pinter di Internet.

Dengan kata lain, para MahaGuru ini berkeyakinan bahwa para pemeluk
agama Yang Benar itu ada Yang Pinter ada Yang Dongok. Tetapi para
pemeluk agama Sesat sudah pasti Dongok semua ....:)

Sebagai MahaGuru, sudah barang tentu mereka berada pada posisi Orang
Pinter, sedangkan para pemeluk agama Sesat otomatis dongok semua.

Posisi ini sangat sulit. Sebab bagaimana anda bisa terus menerus
membuktikan bahwa Anda selalu lebih pandai dari orang lain? Kita semua
selalu dongok dalam sesuatu hal dan pinter dalam hal lainnya. Saya
tidak berkeberatan mengambil posisi dongok. Namun sedongok-dongoknya
saya, tidak akan pernah saya mengklaim diri saya pandai hanya karena
agama yang saya peluk!

Monday, February 11, 2008

Paradigma Menulis Di Internet

Pertanyaan yang sama telah berkali-kali saya lontarkan kepada diri sendiri: Apa motivasi menulis di internet? Seharusnya jawabannya sudah jelas dengan sendirinya, yaitu jawaban yang sama atas pertanyaan, "Apa motivasi menulis"?

Motivasi saya menulis adalah sebagai bagian dari proses berpikir. Saya menulis bukan untuk meyakinkan siapapun, tetapi sebagai bagian dari proses meng-konstruksi pemahaman saya sendiri.

Sudah barang tentu adalah sangat baik jika saya menshare tulisan saya itu untuk dibaca orang lain. Namun, bagi saya, kontribusi yang terbaik  bagi sesama adalah jika saya men-share proses yang saya tujukan bagi diri saya sendiri itu.

Nampaknya saya acapkali melupakan tujuan, visi-misi, yang saya canangkan sendiri itu, dan malah terjebak dalam debat panjang tak berkesudahan yang tidak ada gunanya bagi diri saya sendiri, sehingga akhirnya menjadi tidak berguna bagi siapapun juga.

Karena itu saya perlu sekali lagi menegaskan tujuan semula itu, dan perlu lebih tegas lagi dalam mengendalikan diri.

Beberapa tips:
  • Ingat bahwa tujuan menulis adalah proses konstruksi pemahaman.
  • Menulis bukan karena ingin posting atau publikasi, tetapi posting/atau publikasi karena memiliki tulisan.
  • Jauhi sejauh-jauhnya keterlibatan dalam debat konyol yang tidak ada gunanya.
  • Jika ada yang minta klarifikasi atau bertanya, jawablah dengan baik apa adanya. Jika ada yang mengecam atau mengkritik, abaikan saja.
  • Dengan semangat yang sama: Jauhi sejauh-jauhnya kritik atau kecaman terhadap siapapun.
  • Jika menjumpai tulisan yang menarik, sehingga menjadi titik tolak bagi proses menulis sendiri, maka tanggapilah dengan baik. Lain dari itu, jangan buang waktu membaca atau menanggapi tulisan-tulisan yang tidak ada gunannya.


Logika Debat di Dalam Milis

Ada logika yang sedikit aneh di dalam debat di berbagai milis di internet (ini terutama biasanya berhubungan dengan debat antar agama).

Apapun tema yang sedang dibahas, maka jika ada yang menanggapi dengan serius apalagi bertubi-tubi) maka akan muncul kesimpulan bahwa argumen yang diajukan itu pastilah argumen yang membuat gerah atau memang berbahaya atau berpotensi menggoyahkan.

Itulah justru -menurut mereka- yang menyebabkan munculnya tanggapan yang bersemangat. Tentu saja, argumen yang kliru dan lemah pun bisa menimbulkan tanggapan yang ramai. Tetapi itu dianggap sebagai hal dengan kemungkinan yang sangat kecil, tentu saja karena tidak ada seorang pun yang ingin dianggap mengajukan argumen yang kliru dan lemah.

Sunday, February 10, 2008

Mendengarkan Sains

Dalai lama terkenal sebagai tokoh spiritual yang gemar belajar dan melahap buku-buku sains, termasuk biologi, fisika kuantum, dll.

Sejak tahun 1987, setiap tahun Dalai Lama mengundang 5 ilmuwan terkemuka di dalam bidangnya untuk berbincang-bincang soal riset yang mereka lakukan. Setiap pagi, salah seorang saintis akan duduk santai untuk ngobrol-ngobrol sains dengan beliau. Sejak dialog dimulai, beliau terus aktif bertanya sehingga si ilmuwan dapat menjelaskan risetnya dalam bahasa yang dapat beliau mengerti. Kadang-kadang beliau menyela dengan sedikit komentar tentang prinsip-prinsip ajaran Buddha yang paralel dengan pokok bahasan si ilmuwan itu.

Contoh ini, bersama-sama dengan banyak contoh lain, merupakan contoh yang baik di mana seorang tokoh spiritual mau mendengarkan sains. Seperti halnya banyak tokoh agama Buddha lainnya, Dalai Lama mampu belajar dan mendengarkan sains tanpa harus dibebani dengan hambatan-hambatan dogma agama. Pada saat yang sama, beliau tetap menjaga
pemahaman yang benar terhadap agamanya sendiri.

Menjadi Anggota Milis Yang Santun

Saat ini ada sangat banyak milis di internet, di mana anggotanya asyik
berdebat, saling mengkritik dan menyerang, kadang-kadang secara amat kasar.

Menjadi seorang miliser yang santun bukanlah keharusan, melainkan
merupakan pilihan yang dilakukan secara bebas. Ada beberapa hal penting
tentang tulisan yang santun:

1. Lawan bicara dapat lebih memahami apa yang kita maksud sebab
pikirannya tidak akan diganggu oleh emosi-emosi yang tidak perlu, yang
dapat timbul akibat tulisan yang kurang santun.
2. Membuat tulisan yang santun juga dapat membantu pikiran kita supaya
tidak dikuasai oleh emosi-emosi yang tidak perlu, yang pada gilirannya
akan menghambat proses kreatif kita sendiri.
3. Tulisan yang santun juga merupakan pernyataan sikap, yaitu bahwa
perilaku kita tidak dikendalikan oleh cara menulis lawan bicara kita.
4. Kalimat-kalimat yang tidak santun acapkali hanyalah sekadar
smokescreen yang mengaburkan kenyataan bahwa tulisan ybs. sebenarnya
tidak mempunyai argumen yang kuat. Jadi perhatian pembaca dialihkan pada
ungkapan-ungkapan olok-olok, caci-maki, dsb sehingga tidak menyadari
kelemahan esensi argumennya.
5. Tulisan yang santun juga membantu kita untuk tetap dijalur
pembahasan, dan tidak keluar jalur karena disibukkan oleh
persoalan-persoalan emosional.